Thursday 4 May 2017

Memahami Pertanyaan Filosofis

Apakah semua pertanyaan bisa dikategorikan sebagai pertanyaan filosofis? 
Anak saya yang kelas satu SD sering bertanya tentang banyak hal, tetapi tidak semua pertanyaannya dapat dikategorikan sebagai pertanyaan filosofis. Secara sederhana filosof Isaiah Berlin bisa membantu kita untuk mengurai kategori pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika anak saya bertanya, di mana sepatu saya, saya sering tidak dapat menjawab pertanyaannya, tetapi saya bisa memastikan di mana mencarinya, saya bisa mencarinya di rak sepatu atau di tempat penyimpanan sepatu. Demikian pun ketika seseorang bertanya mengapa Ahok kalah pada pilkada DKI? Kita akan segera mengetahui ke mana mencari jawabannya. Kita bisa mencari jawabannya dengan membandingkan strategi yang dipakai oleh kedua pasangan. Atau mungkin kita bisa menanyakannya kepada para ahli. Pertanyaan-pertanyaan ini akan disebut oleh Isaiah Berlin sebagai pertanyaan empirik faktual.
Pertanyaan lain yang sering kali ditanyakan oleh anak saya yang tidak mungkin dicari jawabnya dengan pengamatan empirik faktual adalah. Berapa nilai dari 1+1? Dengan melihat rumus aljabar sederhana, maka kita pasti menemukan jawabannya. Pertanyaan ini disebut sebagai logis formal
Pertanyaan yang lebih rumit adalah ketika kita mulai bertanya, apa manusia? apa itu kebenaran? apa itu keadilan? Semua pertanyaan ini tidak bisa dijawab dengan metode empirik faktual dan logis formal. Pertanyaan seperti ini meminta jawaban mendasar, dan inilah yang kemudian kita sebut sebagai pertanyaan-pertanyaan filosofis. Pertanyaan yang akan memberi pengetahuan fundamental.

No comments:

Post a Comment

Teodise (Pembenaran Tuhan): Dialog dengan Leibniz di Masa Pandemi Covid-1

Pertanyaan tentang realitas kejahatan di dunia bukanlah pertanyaan yang baru muncul di dunia post modern. Pertanyaan ini pertama kali ditany...